translate

Senin, 18 April 2011

7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS:14:7)
Pada dasarnya kita, manusia, diberi kemampuan oleh Allah untuk mengenalNya, karena memang kita adalah KhalifahNya atau WakilNya di muka bumi (lihat[2.30]). Tidak ada yang bisa mengenalNya atau bermakrifat kepadaNya selain dari sang Khalifah tadi. Malaikat saja tidak bisa bermakrifat kepadaNya. Hanya sang KhalifahNya. That’s it !!! ……… Sekarang yang menjadi pertanyaan kita siapa itu sang Khalifah itu?

Allah menurunkan Al Quran untuk menjadi pegangan sang Khalifah selama di bumi. Al Quran yang diturunkan kepada Rasul Penyempurna atau Khatamul Anbiya, Muhammad SAW. Perilaku dan ucapan Rasul Penyempurna tersebut juga menjadi acuan ke dua kita, yaitu Hadis.

Kenapa Al Quran sebagai pegangan sang Khalifah, bukan Taurat, Injil dll? Karena Al Quran tsb adalah juga Kitab Penyempurna yang disampaikan Sang Penyempurna, Rasulullah SAW. Jadi yang telah sampai ke kita adalah semuanya Telah Sempurna. Tidak ada lagi setelah itu.

Al Quran adalah kumpulan dari semua kitab suci sebelumnya yang dihimpun Allah dalam berbagai dimensi, baik dalam dimensi akhlak, ekonomi, pendidikan dan seterusnya sampai ke sejarah nabi-nabi. “You name it,” kata orang. Pasti ada jawabannya dalam Al Quran, karena dia adalah Sang Penyempurna, Sang Pamungkas. Apapun tentang kehidupan ada jawabannya di dalam Al Quran, Sang Pamungkas itu.

Pembawa Sang Pamungkas itu juga adalah Sang Sempurna dan Sang Pamungkas. Ajaran Rasulullah SAW sebenarnya adalah kumpulan ajaran semua nabi-nabi. Dan juga hakikat Sang Rasul SAW juga adalah kumpulan hakikat para nabi.

Al Quran yang sempurna diturunkan kepada Rasul Yang Sempurna oleh Yang Maha Sempurna, pasti tidak main-main kualitasnya. Tidak ada lagi yang bisa menyamai apalagi melampaui Yang Sempurna ini di seluruh alam semesta. Tetapi sekarang kebanyakan manusia hanya mengartikan atau menafsirkan apa yang tersurat dalam Al Quran itu. Al Quran tsb hanya diartikan dalam arti yang sempit, yang tersurat saja. Sebenarnya arti tersiratnya lebih banyak lagi dan sangat dalam. (lihat [18.109]). Al Quran yang sempurna diartikan dan ditafsir secara sempit sehingga pemaknaan terhadap kesempurnaan Al Quran tidak tercapai. Al Quran lebih banyak ditafsirkan pada suatu kejadian yang dialami Rasulullah SAW pada waktu itu dan diterapkan secara sempit pada zaman sekarang.

Kalau Al Quran itu sempurna, pasti kita yakin bahwa tidak ada pertentangan di dalamnya, tidak ada kesalahan walaupun sebesar zarah. Kita semua paham akan hal tersebut. Kita menyakini dan mengerti tentang sejarah para nabi yang dipaparkan Allah dalam Al Quran dan pikiran kita langsung terbang ke ribuan bahkan ratusan ribu tahun lalu. Banyak hikmah yang bisa kita pelajari dari sejarah-sejarah tersebut. Tetapi ingat, Al Quran itu Maha Sempurna dari Yang Maha Sempurna. Setiap huruf, kata dan kalimat dalam Al Quran tidak pernah kadaluarsa pemahamannya, dia selalu hidup dan berlaku setiap saat sampai hari kiamat.

Sebagai contoh adalah kisah Nabi Yusuf ini, yaitu suatu kisah yang termasuk cukup lengkap dipaparkan Allah dalam Al Quran. Mari kita telurusi garis besar kehidupan Nabi Yusuf AS ini.
  • Nabi Yusuf AS bersaudara  11 orang, 1 kandung dan 10 tiri.
  • Waktu kecil dibuang oleh 10 saudara tirinya ke dalam sumur.
  • Kemudian dipungut oleh para musafir dan selanjutnya dijual ke orang Mesir.
  • Nabi Yusuf AS dibesarkan di rumah orang Mesir dan wanita (Zulaikha) yang tinggal di rumah tsb menggoda Yusuf, tetapi Yusuf berhasil keluar dari godaan tersebut sehingga baju belakang robek.
  • Perbuatan tersebut diketahui oleh penguasa Mesir tersebut dan akibatnya Nabi Yusuf AS masuk penjara.
  • Nabi Yusuf AS diberi Allah hikmah bisa menabirkan mimpi.
  • Dengan kemampuan menabirkan mimpi itu dia bisa keluar penjara dan diangkat menjadi bendahara kerajaan Mesir.
  • Waktu masa panceklik, datang saudara tirinya meminta jatah makanan. Nabi Yusuf AS mengenal saudara-saudaranya itu sedangkan mereka tidak mengenal.
  • Setelah bolak-balik, akhirnya Nabi Yusuf AS berhasil membawa saudara kandungnya, Ibu dan Bapaknya ke Mesir dan mereka berkumpul kembali.
Akhir ceritanya seperti film Disneyland. Happily Ever After.

Memang banyak hikmah atau perilaku yang bisa kita tiru dari kisah tsb. Pertanyaannya adalah: apakah hanya itu gunanya Al Quran? Apakah hanya itu pesan dari Yang Maha Sempurna lewat Kitab SempurnaNya kepada khalifahNya? Apakah petualangan nabi Yusuf tersebut sudah bisa dijadikan petunjuk yang sempurna? Memang, petualangan nabi Yusuf AS ini dari sisi si Pemberi yaitu Allah sudah pasti sempurna karena sudah dijaminNya, tetapi dari sisi kita, sempurna tidak sempurnanya informasi tersebut tergantung penafsiran kita terhadap ayat-ayat tersebut.

Contoh lain adalah kisah Nabi Nuh AS.
  • Terjadi puluhan ribu tahun lalu.
  • Kaumnya yang sangat keras kepala, sepanjang hayatnya yang hampir 1000 tahun berdakwah, tidak banyak  pengikutnya.
  • Allah menyuruh membuat perahu dan memasukkan semua yang berpasangan ke dalamnya.
  • Datanglah banjir besar semua ditenggelamkan.
  • Anaknya tidak mau ikut, dan lari ke gunung. Tetapi akhirnya gunungpun ditenggelamkan oleh banjir besar itu.
  • Setelah banjir besar selesai, kapal itu mendarat di bukit Judi.
 Sekali lagi pertanyaannya: apakah hanya itu gunanya Al Quran.

Banyak kisah-kisah para nabi lainnya yang dipaparkan Allah dalam Al Quran, pertanyaan umumnya kembali: apakah hanya itu gunanya Al Quran.

Tidak, sudah pasti tidak. Al Quran yang sempurna itu tidak hanya bercerita tentang apa yang tersurat di ayat-ayatnya tetapi yang paling penting adalah apa yang tersirat dari ayat-ayat tersebut.

Waktu kita membaca kisah Nabi Nuh AS, pasti pikiran kita terbang ribuan tahun lalu dan terbayanglah oleh kita banjir besar tsb dengan kapal Nabi Nuh terombang-ambing kesana kemari. Dan banjir tsb adalah banjir dengan skala yang demikian besar, istilah tvnya adalah Mega Flood, tidak ada bandingannya sampai sekarang. Ada yang menafsirkan sampai bumi ini tenggelam. Bayangan tersebut pada zaman sekarang bisa lihat dalam film: “2012: Doomsday.”

Pernahkah terpikirkan oleh kita bahwa banjir besar tsb terjadi sekarang atau paling tidak pernah terjadi dua kali atau lebih setelah banjir besar tersebut. Pasti tidak. Belum ada catatan dalam sejarah banjir besar dengan skala yang sama pernah terjadi setelah zamannya Nabi Nuh AS. Nah, kalau kita membayangkan bahwa banjir besar tsb terjadi pada ribuan tahun lalu dan tidak ada sekarang, berarti kita telah lalai dalam menafsirkan Kitab Yang Sempurna ini. Kitab Al Quran selain sempurna dimana tidak ada pertentangan atau kekurangan sebesar zarah dalamnya juga masa berlakunya terjadi sampai hari kiamat. Selama masih ada kehidupan, Al Quran tetap berlaku. Berarti kejadian yang kita anggap terjadi ribuan tahun lalu seperti kejadian banjir besar Nabi Nuh tsb sebenarnya terjadi juga setiap saat sampai hari kiamat. Banjir besar tersebut sedang dan akan terus terjadi setiap saat sampai hari kiamat.

Semua ayat-ayat Al Quran yang bernuansa waktu yang kita anggap hanya terjadi pada sejarah nabi-nabi dan tidak berlaku lagi saat ini, berarti kita telah menyempitkan penafsiran kepada Kitab Sempurna itu. Semuanya, apapun yang mempunyai nuansa waktu dalam Al Quran sedang dan akan terjadi setiap saat dalam Al Quran. Kisah Nabi Yusuf tersebut juga terjadi setiap saat sampai sekarang.

Banyak sekali rahasia-rahasia Allah yang disampaikannya secara terselubung dalam Al Quran. Hanya orang yang mau berpikir yang bisa menyibak satu persatu rahasia-rahasia itu. Salah satu rahasia Al Quran yang mulai dibuka oleh Allah adalah persamaan antara makro dan mikro. Persamaan alam semesta makro yaitu langit dan bumi dengan alam mikro manusia. Banyak ayat-ayat yang mendukung hal ini.

Dengan pengertian persamaan makro alam semesta dengan mikro manusia, akan membuka pemahaman kita dalam mempelajari Al Quran. Misalnya, kalau Al Quran mengatakan tentang langit dan bumi, sebenarnya Allah sedang berbicara tentang kita. Selain pikiran kita melayang membayangkan langit dan bumi, maka pada pemahaman ini, pikiran kita juga akan masuk ke dalam diri kita sendiri, pada hakikat diri kita.

Sejarah para nabi dalam Al Quran yang bercerita pada sisi makro, yaitu terjadi pada waktu lalu dan berada kebanyakan di daerah Arab sana, maka dengan pemahaman persamaan makro dan mikro, sejarah para nabi tersebut sebenarnya pesan terselubung Allah kepada kita bahwa Dia berbicara tentang bagian dari diri kita. Kalau bicara tentang bagian dari diri kita, berarti waktunya tidak hanya masa lampau, tetapi juga sekarang, saat ini. Jadi kita tidak hanya menafsirkan suatu kejadian sejarah dalam Al Quran dengan masa ribuan tahun lalu dan terjadi jauh, artinya waktu dan tempat yang sangat jauh dari kita.  Maka mulai sekarang kita menafsirkan hal yang sama dengan waktu dan tempat yang sangat dekat dan saat ini.

Semuanya tentang pengenalan hakikat diri itu saya sampaikan secara panjang lebar dalam buku yang berjudul “Pengenalan Hakikat Diri Menurut Al Qur’an.” Tidak mudah menyampaikan hal yang baru sama sekali tentang pemahaman terhadap Al Quran.

Dalam buku tsb dibahas tentang apa peran masing-masing nabi dan terakhir Rasul SAW dalam hakikat diri kita. Semua yang dibahas tidak mengada-ada tetapi semuanya berdasarkan ayat-ayat Al Quran.

Satu hal yang penting dalam pengenalan hakikat diri ini adalah perintah Allah untuk berpikir, gunakan akal. Tidak ada satupun ayat di Al Quran yang memberikan statement negatif tentang akal ini. Jangan pernah menyepelekan sang Akal ini. Hanya dengan akal kita bisa kenal dengan banyak sekali ciptaanNya dan dalam perjalanannya hanya dengan akal pula kita bisa mengenal Tuhan dengan sebenar-benar mengenalNya. Tidak ada yang lain.

Hanya Akal yang bisa menyibak rahasia-rahasia ghaib Allah, tidak yang lain. Pada zaman Rasulullah SAW, waktu Beliau mengatakan bisa isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dalam satu malam, orang-orang kafir menyatakan suatu yang mustahil alias bohong, sedangkan pengikut Rasul SAW mengatakan percaya karena itu merupakan suatu yang ghaib. Tetapi pada zaman sekarang, perjalanan suatu malam dari Makkah ke Jerusalem tidak merupakan suatu yang bohong dan bukan juga suatu yang ghaib. Semua orang akan percaya kalau saya bisa bolak-balik Makkah – Jerusalem dalam satu malam.

Kenapa itu bisa terjadi? Dahulu ghaib sekarang nyata. Tidak lain hanya bisa terjadi karena ulahnya sang Akal. Kenapa sang Akal? Karena si Akallah yang menciptakan alat transportasi atau pesawat yang bisa bolak-balik dalam semalam itu. Semua penciptaan oleh manusia berasal dari sang Akal yang diawali oleh suatu ide. Contoh yang paling mudah adalah mau menggambar mobil. Sebelum gambar mobil tsb terlihat di atas kertas, pasti gambarnya sudah ada di benak si penggambar. Itulah dia si Akal. Dengan akallah manusia mau dijadikan khalifah di muka bumi.

Contoh lain dari ghaib ke nyata adalah alat komunikasi seperti handphone. Coba kita bayangkan kalau kita menggunakan handphone di depan orang purba. Pasti mereka akan menganggap kita dewa karena bisa berbicara dengan suatu yang ghaib. Alat perekam suara maupun video adalah bukti lain dari yang ghaib menjadi nyata karena semua yang kita lakukan akan terlihat, akan tersimpan dengan kedetailan yang sangat tinggi. Nanti kalau diputar lagi, akan bisa dijadikan suatu alat bukti. Dan ini nanti yang akan terjadi di Hari Berbangkit. Step by step, tahap demi tahap, Allah menurunkan ilham kepada sang Akal yang mau berpikir dan terus berusaha meningkatkan kemampuannya dengan membuka rahasia-rahasiaNya, sehingga yang dahulunya ghaib menjadi nyata. Semakin pintar suatu peradaban akan semakin banyak rahasia Allah akan disingkap  dan akhirnya sang Akal tersebut akan bisa bertemu dengan Sang Maha Ghaib.
 

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Watampone, sulawesi selatan, Indonesia
Belajar membuat blog, untuk keperluan positif dan tetap kritis

renunganku