translate

Sujud

Sujud
Sesungguhnya hak makhluk yang paling utama adalah hak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada hak makhluk yang lebih tinggi darinya. Alloh berfirman (yang artinya):
Sesungguhnya Kami mengutus kamu (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan. Supaya kamu sekalian beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya, memuliakannya dan menghormatinya (Rasul). Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.
(QS.Al-Fath:8-9)
Maksud “memuliakan dan menghormati Nabi” yakni dengan pengagungan yang selayaknya, tidak kurang dan tidak pula berlebihan, baik di masa hidupnya maupun setelah wafatnya. Di masa hidupnya yaitu dengan mengagungkan pribadi dan Sunnah beliau. Adapun setelah wafatnya yaitu dengan mengagungkan Sunnah dan syari`atnya.
Di antara hak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atas umatnya adalah umat ini harus membenarkan setiap apa yang beliau khabarkan, baik hal-hal yang berkaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang, menjalankan semua perintahnya, menjauhi semua larangannya serta menyakini bahwa petunjuknya adalah petunjuk yang paling baik dan paling sempurna.
Di antara hak beliau juga adalah membela Sunnah/haditsnya dengan mencurahkan segala kemampuan sesuai keadaan. Apabila musuh menyerang Sunnah dengan argumen dan syubhat, maka kita lawan dengan menyebarkan ilmu, menepis syubhat serta membongkar kebobrokannya. Dan apabila musuh menyerang dengan senjata, maka kita hadapi dengan senjata pula. Sungguh tidak mungkin bagi seorang mukmin yang memiliki kemampuan, tatkala dia mendengar hujatan terhadap syari`at Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam atau pribadi beliau, dia diam begitu saja tanpa ada pembelaan[2].
Berikut ini adalah salah satu contoh upaya pembelaan terhadap Sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari hujatan. Lantas, apakah kita akan merealisasikan kewajiban kita? Apakah kita akan memenuhi hak Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam? Bertanyalah pada diri kita masing-masing wahai saudaraku pembaca!
TEKS HADITS

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ أَنَّ اْلنَّبِيَّ قَالَ يَوْمًا : أَتَدْرُوْنَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ اْلشَّمْسُ؟ قَالُوْا: اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنَّ هَذِهِ تَجْرِيْ حَتىَّ تَنْتَهِيَ إِلىَ مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ اْلعَرْشِ, فَتَخِرَّ سَاجِدَةً, فَلاَ تَزَالُ كَذَالِكَ حَتىَّ يُقَالَ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ, اِرْجِعِيْ مِنْ حَيْثُ جِئْتِ فَتَرْجِعُ, فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلِعِهَا, ثُمَّ تَجْرِيْ لاَ يَسْتَنْكِرُهَا اْلنَّاسُ مِنْهَا شَيْئًا حَتىَّ تَنْتَهِيَ عَلىَ مُسْتَقَرِّهَا ذَلِكَ تَحْتَ اْلعَرْشِ فَيُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ, أَصْبِحِيْ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ, فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِِهَا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: أَتَدْرُوْنَ مَتىَ ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِيْنَ (لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ ءَامَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِيْ إِيْمَانِهَا خَيْرًا) (الأنعام: 158)

Dari Abu Dzar  bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tahukah kalian ke manakah matahari ini pergi?” Mereka berkata, “Alloh dan Rasul-Nya lebih mengetahui?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian berjalan sedangkan manusia tidak menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dikatakan padanya: ‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’, maka dia pun terbit dari barat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tahukah kalian kapan hal itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”
                                                                dari Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Watampone, sulawesi selatan, Indonesia
Belajar membuat blog, untuk keperluan positif dan tetap kritis

renunganku