translate

Selasa, 29 Maret 2011

Terorism

Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya ("teroris") layak mendapatkan pembalasan yang kejam.
Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil.
Selain oleh pelaku individual, terorisme bisa dilakukan oleh negara atau dikenal dengan terorisme negara (state terorism). Misalnya seperti dikemukakan oleh Noam Chomsky yang menyebut Amerika Serikat ke dalam kategori itu. Persoalan standar ganda selalu mewarnai berbagai penyebutan yang awalnya bermula dari Barat. Seperti ketika Amerika Serikat banyak menyebut teroris terhadap berbagai kelompok di dunia, di sisi lain liputan media menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat melakukan tindakan terorisme yang mengerikan hingga melanggar konvensi yang telah disepakati.
Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, walaupun dunia barat tahu : siapa teoris yang sebenarnya) dikenal sebagai “September Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Serangan dilakukan melalui udara, tidak menggunakan pesawat tempur, melainkan menggunakan pesawat komersil milik perusahaan Amerika sendiri, sehingga tidak tertangkap oleh radar Amerika Serikat. Tiga pesawat komersil milik Amerika Serikat dibajak, dua di antaranya ditabrakkan ke menara kembar Twin Towers World Trade Centre dan gedung Pentagon.
Teror bisa saja terjadi di dalam diri kita sendiri. Teror 'kehendak'oleh individu yang memegang tampuk pimpinan sebuah kelembagaan, sebagai contoh, akan berefek dahsyat yang ujung-ujungnya menciptakan bencana  yang lebih besar dibandingkan dengan peristiwa WTC dengan September Kelabunya (kok, indah ya gelarannya?). Dan efek ini kan jauh lebih besar jika pimpinan negara adidaya terkena teror hatinya karena kering cahaya spiritual dan akan menjadi pongah karena merasa negaranya adalah negara adikuasa bin dajjal.
Kita sering mendengar negara-negara antah berantah itu hitung-hitung nyawa orang yang terkena musibah karena bom teroris(?)...tetapi dasar terkena teror hati yang kering , maka dengan pongahnya pula negara tersebut membiarkan pangalaman sejarah masa lalu dan yang di depan mata :
  • Berapa juta orang terbunuh karena kelaparan, berapa yang terbantai dan dibantai, siapa pula yang tahu dan mau tahu orang-orang yang tak terpantau penderitaan bathin dan jasmaninya karena ulah ulah dari mereka yang katanya beradab? 
  • Bagaimana para boneka hidup negara-negara negara besar mengobrak abrik Mesir,Libanon,Libya, Irak dan Iran, Afanistan dan mencaplok Palestina, menghina perilaku ibadah agama lain dan...astagfirullah
  • Begitu jitunya mereka mengobrak abrik timur tengah dengan memanfaatkan rakyat yang tidak berdosa untuk menggulingkan pemerintahan (inilah hal yang luar biasa tapi tidak berperikemanuisaan dari sifat pemimpin negara 'jago balik batu' itu. Pandai membaca situasi dan memanfaatkannya. Sebuah konsep intelijen yang cerdas tapi gak usah acungi jempol [acungi sepatu? No. Indonesia beradab dan beradat])
  • Berapa kali negara-negara itu, negara sok tahu itu, membiarkan kepongahan sekutunya memporakporandakan negara yang kaya 'tapi tidak dimiliknya\\\\\\\
  • Terlalu sering melarang sesuatu...tetapi terlalu sering melanggar aturan sendiri
  • dll....
Jawablah pertanyaanku sekarang : SIAPA TERORIS ITU?

Tidak ada komentar:

Mengenai Saya

Watampone, sulawesi selatan, Indonesia
Belajar membuat blog, untuk keperluan positif dan tetap kritis

renunganku